Search

Rabu, 09 Juni 2010

Wisata Kuliner di Kabupaten Brebes

  • Telur asin asli khas Brebes yang banyak di jual di kios-kios sebelah barat jembatan Kali Pemali
  • RM Berkah Ilahi dan RM Sakinah khas sate kambing muda di pertigaan Tanjung
  • Rujak/pecel belut Mak Ribut di desa Cigedong
  • Kupat Blengong dan Sate Blengong, merupakan sate yang terbuat dari daging blengong (sejenis itik) yang biasanya dimakan dengan ketupat, banyak terdapat di warung sekitar alun-alun kota Brebes
  • RM Soto Ridwan khas soto Brebes yang dicampur dengan tauco , di blok panggung Ketanggungan
  • RM Kampung Alang-alang, khas ikan bakar yang terletak di Desa Kubangpari, atau tepatnya sekitar 12 km dari jalan raya pantura, dari ibu kota Kecamatan Tanjung, Brebes ke selatan, dengan posisi strategis di pinggir jalan jurusan objek wisata Waduk Malahayu
  • Bandeng Presto Duri Lunak khas Brebes yang banyak diproduksi oleh warga di Limbangan
  • Nasi lengko, menu sarapan pagi yang terdiri dari nasi, Ketimun, tahu, tauge, emping, sambal kacang dan kecap.
  • Tape ketan daun jambu, terbuat dari beras ketan (biasanya berwarna hijau) dan dikemas dengan menggunakan daun jambu, sehingga menambah aroma dan rasa.
  • Teh Poci Wasgitel, yaitu minuman teh yang wangi, sepet, legi dan kentel, merupakan minuman khas Kabupaten Brebes dan Tegal yang penyajiannya menggunakan poci dan cangkir yang terbuat dari tanah liat. Dihidangkan dalam keadaan panas dengan pemanis berupa gula batu.
  • RM Kafe Gusti, khas ikan bandeng pepes dan bakar lumpur terletak Objek Wisata Pantai Randusanga Indah.
  • RM H. Moei, khas sate kambing muda yang terletak di Jl.Raya Kaligangsa kota Brebes

Objek Wisata di Kabupaten Brebes

Waduk Malahayu


Waduk Malahayu terletak di Desa Malahayu, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten Brebes,Jawa Tengah; ± 6 km dari Banjarharjo atau 17 km dari Tanjung. Luas kawasan ini sekitar 944 hektare dan dibangun pada tahun 1930 oleh Kolonial Belanda.

Fungsi waduk ini disamping sebagai sarana irigasi lahan pertanian wilayah Kecamatan Banjarharjo, Kersana, Ketanggungan, Losari, Tanjung dan Bulalakamba juga sebagai pengontrol banjir serta dimanfaatkan untuk rekreasi. Di obyek wisata ini dapat ditemukan panorama alam pegunungan yang indah, dikelilingi hutan jati yang luas dan telah dijadikan bumi perkemahan dan wana wisata.

Berbagai fasilitas tersedia di kompleks wisata ini antara lain kolam renang anak, mainan anak, becak air, perahu pesiar, perahu dayung, panggung terbuka serta disediakan tempat parkir yang cukup luas.

Pada setiap Idul Fitri diadakan Pekan Wisata dengan pentas orkes melayu/dangdut sebagai hiburan. Sementara Sedekah Waduk, dilaksanakan oleh masyarakat setempat setiap hari raya.

Mitos yang hidup di masyarakat sekitar waduk ini adalah bahwa pasangan pengantin baru wajib membasuh muka dengan air waduk. Konon, pasangan yang melaksanakan hal itu akan langgeng mengarungi mahligai rumah tangga. Karena itu, hampir setiap ada pengantin baru, mereka selalu menyempatkan diri berkunjung ke lokasi tersebut. Yang unik, mereka terkadang datang masih mengenakan pakaian pengantin, dengan diiringi puluhan bahkan ratusan pengiring. Tradisi ini dilaksanakan selain dipercaya mengandung berkah kelanggengan bagi pasangan itu, juga sebagai upaya tolak bala.

Mujair goreng adalah hidangan istimewa di lokasi wisata ini. Beberapa warung makan yang mendirikan bangunan di timur waduk menyediakan ikan mujair goreng dengan harga murah.

Terkadang diadakan lomba balap perahu, lomba mancing, dan sebagainya. Penduduk setempat juga menggunakan perahu compreng untuk rekreasi air mengelilingi waduk.


Dukuh Karacak

Dukuh Karacak adalah sebuah nama Dukuh atau kampung yang masuk pada Desa Malahayu. Dukuh Karacak awalnya berada di dekatDesa malahayu, dikarena pemerintahan belanda membangun Bendungan waduk malahayu sebagai irigasi masyarakat sekitar maka lima desa di bedol atau dipindahkan salah satunya kampung Dukuh Karacak.

Sindang Mulya

konon menurut tetua di Kampung Dukuh Kracak, kampung Karacak sebelum pindah bernama Sindang Mulya, hal itu dikarena pada jaman itu di dusun tersebut telah menjadi tempat transit atau tempat istirahat sementara para orang penting atau raja pada jamannya. di sebelah selatan kampung Sindang Mulya tersebut ada sebuah bukit yang bernama Bukit Karacak orang sekitar menyebutnya gunung Karacak, nah konon karena gunung atau bukit Karacak tersebut akhirnya Kampung Sindang Mulya Tersebut diberi nama Kampung Dukuh Karacak.

Masih Ada Silsilah Keluarga Ke Desa Cipajang

Karena tejadinya perpindahan penduduk ke beberapa tempat diantaranya Desa Cipajang, maka sampai saat ini masyarakat sekitar meyakini ada hubungan satu nenek moyang antara Desa Malahayu dengan Dengan Desa Cipajang, hal itu dapat terlihat dari lanscap wilayah dan hubungan keluarga kedua desa tersebut sampai saat ini. Jika di perhatikan sampai saat ini memang kekeluargaan dan garis keturunan dari masing-masing desa tersebut masih dapat teridentifikasi dengan jelas, garis atau silsilah keluarga masih dapat di ceritakan oleh tetua (orang tua) di masing-masing desa tersebut.

Adat Dan Budaya

Adat dan budaya di desa yang tersebar di bawah kecamatan Banjarharjo memiliki karakteristik hampir sama, mulai dari adat pernikahan, sunatan, sedekah bumi dan kegiatan kemasyarakat lainnya nyaris sama.

Bahasa Yang Digunakan

di wilayah Kecamatan Banjarharjo Selatan Khususnya masyarakat disini menggunakan bahasa Sunda Campuran Jawa, atau istilah masyarakat sekitar sunda kasar. hal ini karena wilayah Banjarharjo selatan bersebelahan dengan Wilayah Jawa Barat. percampuran budaya Jawa di dalam Suku Sunda memang sangat bisa dirasakan di daerah ini.

Hasil Bumi

Kondisi alam di daerah ini adalah pegunungan jadi mereka memiliki iklim bercocok taman padi Tadah Hujan yang dilakukan satu tahun sekali, sementara setelah itu biasanya dilanjutkan dengan menanam jagung, Bawang Merah, kacang Hijau dan Kedelai. Pegunungan di daerah ini ditumbungi dengan pohon Jati, sehingga pada saat kemarau udara panas lumayan terasa.

Ideologi

Ideologi masyarakat Desa Malahayu dan sekitarnya masyoritas beragama Islam dan Berasaskan Pancasila, terbagi dalam beberapa golongan yakni Islam Nahdlatul Ulama (NU) dan Islam Muhammadiyah. Kegiatan-kegiatan keagaman di Mesjid, pesantren dan sekolah Islam terasa masih sangat kental dan ramai dilakukan oleh masyarakat disini.

Politik

Kegiatan Politik masyarakat Desa Malahayu dan sekitarnya mengikuti apa yang terjadi saat ini berlaku, kegiatan kepartaian dan pemahaman terhadap nilai Demokratis cukup baik dijalankan di daerah ini. Terlihat dari kegiatan partai yang cukup beragam namun tetap menjaga kemananan satu sama lainnya. Partai politik yang menonjol di daerah ini adalah Partai Demokrat, Golkar, PAN, PPNU, PBB dan PDIP.


Waduk Penjalin


Waduk Penjalin memiliki luas 1,25 km2 dan isi 9,5 juta m3, terletak di tengah-tengah Desa Winduaji , 2,4 km arah selatan ibu kota Kecamatan Paguyangan . Dari ibu kota kecamatan ke arah selatan jurusan Purwokerto , kemudian sampai Desa Winduaji belok kanan ke lokasi waduk. Dari kota Paguyangan jaraknya 6 km, dari kota Bumiayu 12 km. Sedangkan dari Purwokerto 30 km. Waduk Penjalin terletak perbatasan Kab Banyumas dan Kab. Brebes.

Waduk ini dibangun tahun 1930 oleh pemerintah kolonial Belanda bersamaan dengan Waduk Malahayu. Air waduk ini dipersiapkan untuk menyuplai irigasi Sungai Pemali bawah dan areal persawahan. Penjalin dalam Bahasa Jawa berati rotan.

Di bagian muka waduk ini terdapat tanggul dengan ketinggian 16 m, lebar 4 m, dan panjang 850 m. Keliling waduk dikitari pedukuhan Mungguhan, Keser Kulon, Kali Garung, Kedung Agung, Soka, Karangsempu, Pecikalan, dan Karangnangka. Sedangkan di sebelah timur yang merupakan tanggul dan pintu gerbang waduk adalah dukuh Keser Tengah.

Warga sekitar memanfaatkan kekayaan alam sekitar waduk sebagai tempat mencari nafkah, antara lain mencari ikan, memelihara keramba apung, dan pada saat Lebaran warga menyewakan perahu untuk rekreasi air keliling waduk. Sekarang, waduk itu banyak dimanfaatkan warga kota untuk berlibur dan bersantai seperti pengunjung dari Purwokerto, Cilacap, dan Purbalingga.

Pada setiap Idul Fitri diselenggarakan Pekan Wisata Idul Fitri dengan acara lomba menangkap itik, pentas dangdut dan permainan ketangkasan anak.


Pantai Randusanga


Pantai Randusanga atau yang sekarang lebih dikenal dengan Pantai Randusanga Indah (Parin) berlokasi di Randusanga Kulon sekitar 7 KM ke arah utara dari jalan raya Pantura kota Brebes. Di sepanjang jalan menuju pantai Randusanga akan banyak ditemui perkebunan bawang merah yang terhampar luas, sedangkan mendekati lokasi pantai, akan banyak di temui tambak- tambak yang umumnya digunakan untuk budidaya bandeng dan rumput laut.

Di lokasi pantainya sendiri akan dijumpai panorarama pantai yang masih alami disertai fasilitas mainan anak, mandi laut, panggung gembira, arena balap motor (grass track), camping ground, kafe dan rumah makan khas ikan laut bakar serta kios-kios yang menjual oleh-oleh khas Brebes berupa telur asin dan bawang merah. Menjelang senja hari, para pengunjung dapat menikmati indahnya panorama terbenamnya matahari di cakrawala pantai.


Cagar Alam Telaga Ranjeng


Telaga Ranjeng, berlokasi di Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, Telaga Ranjeng merupakan objek wisata air potensial di kabupaten Brebes.

Telaga Ranjeng yang dibangun tahun 1924, berada di bawah kaki Gunung Slamet dan merupakan bagian dari kawasan cagar alam milik Perhutani Pekalongan Timur. Cagar alam tersebut memiliki luas empat puluh delapan setengah hektar terdiri dari hutan damar dan pinus yang mengelilingi telaga, yang sebelumnya merupakan tempat mandi para tokoh kerajaan di Jawa.

Daya tarik dari Telaga Ranjeng adalah udara pegunungan yang sejuk, hutan lindung, cagar alam, serta terdapat beribu-ribu ikan lele yang jinak dan dianggap keramat, yang dianggap sebagai penghuni telaga.

Konon ikan lele penunggu Telaga Ranjeng yang memiliki kedalaman tiga meter, hanya bisa diajak bermain -main dan tidak diperkenankan untuk diambil meski hanya satu ekor.

Penunggu telaga menceritakan pernah ada seorang wisatawan yang mencoba mengambilnya namun sampai di rumah orang tersebut kemudian sakit-sakitan baru sembuh setelah mengembalikan ikan lele ke Telaga Ranjeng.

Benar atau tidaknya cerita tersebut, yang jelas Telaga Ranjeng merupakan aset wisata yang memiliki daya tarik tersendiri sehingga dibutuhkan peran serta masyarakat sekitar dan pemerintah untuk mengembangkan tempat tersebut.


Ciblon Waterboom Brebes


Ciblon Waterboom Brebes adalah sebuah tempat wisata wahana air yang terletak di dalam kota Brebes, dibangun diatas tanah seluas 1,5 hektar.

Sarana yang dimiliki Ciblon Waterboom berupa permainan ember tumpah dengan kedalaman kolam setengah meter. Selain itu, ada lintasan kolam biasa dengan kedalaman antara 1,5 hingga 1,8 meter juga ada Slider (slorotan) yang memiliki ketinggian hingga 12 meter dan kedalaman kolam sampai 50 hingga 60 meter. Dilengkapi juga dengan fasilitas sauna, fitnes, senam aerobik, cafe. Selain itu terdapat gazebo untuk para pengunjung, kamar ganti dan lahan parkir yang cukup luas.


Agrowisata Kaligua


Perkebunan teh Kaligua merupakan kawasan wisata agro dataran tinggi yang terletak Kaligua di Desa Pandansari, Kecamatan Paguyangan, kab. Brebes, Jawa Tengah. Tepatnya di wilayah Brebes bagian Selatan. Wisata agro Kaligua dikelola oleh PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Jawa Tengah dan merupakan diversifikasi usaha untuk meningkatkan optimalisasi aset perusahaan dengan daya dukung potensi alam yang indah. Hasil pengolahan perkebunan teh Kaligua adalah berupa produk hilir teh hitam (black tea) dengan merk “Kaligua” dalam kemasan teh celup dan serbuk. Jadi wisatawan yang berkunjung dapat langsung menikmati hangatnya teh hitam (black tea) Kaligua atau dapat membeli sebagai oleh-oleh.

Aksesibilitas Lokasi wisata agro Kaligua terletak sekitar 10 kilometer dari arah kota Kecamatan Paguyangan, atau sekitar 15 kilometer dari Bumiayu. Jalur transportasi dapat ditempuh melalui jalur utara via Brebes atau Tegal-Bumiayu-Kaligua, Cirebon-Bumiayu-Kaligua, dan jalur selatan via Purwokerto-Paguyangan-Kaligua. Jalur tersebut dilewati jalan utama Tegal-Purwokerto, tepat masuk lewat pertigaan Kaligua, Kretek. Perjalanan mulai berkelok-kelok, dan naik-turun.

Geografis

Perkebunan teh Kaligua berada pada ketinggian 1200 - 2050 m dpl. Kondisi udara sanagt dingin, berkisar 8-22 C pada musim penghujan dan mencapai 4-12 C pada musim kemarau. Jadi tidak heran kalau wilayah perkebunan teh ini hampir selalu diselimuti kabut tebal. Perkebunan teh tersebut terletak di lereng barat gunung Slamet (3432 m dpl)yang merupakan gunung tertinggi kedua di pulau jawa setelah gunung Semeru. Dari salah satu tempat di perkebunan teh Kaligua kita dapat menikmati keindahan puncak gunung Slamet dari dekat, yaitu puncak Sakub. Nah jika ke Kaligua maka sempatkanlah untuk menikmati keindahan panorama indah, sekaligus kita dapat melihat keindahan gunung Ciremai, Tegal, dan Cilacap.


Sejarah

Perkebunan teh Kaligua merupakan warisan pemerintahan kolonial Belanda. Pabrik dibangun pada tahun 1889 untuk memproses langsung hasil perkebunan menjadi teh hitam. Kebun ini dikelola oleh warga Belanda bernama Van De Jong dengan nama perusahaan Belanda John Fan & Pletnu yang mewakili NV Culture Onderneming. Sebagai penghargaan makam Van De Jong masih terawat sampai saat ini di lokasi kebun Kaligua.

Konon pada saat pembanguan pabrik, para pekerja membawa ketel uap dari Paguyangan menuju Kaligua ditempuh dalam waktu 20 hari. Peralatan tersebut dibawa dengan rombongan pekerja yang berjalan kaki naik sepanjang 17 km. Selama proses pengangkutan tersebut, para pekerja pada saat istirahat dihibur oleh kesenian ronggeng Banyumas. Sampai sekarang setiap memperingati HUT pabrik Kaligua 1 Juni selalu ditampilkan kesenian tradisional tersebut.


Fasilitas :

Kawasan wisata agro Kaligua memberikan banyak pilihan untuk wisata. Sebab, terdapat beberapa situs wisata menarik yang berada di seputaran Kaligua. misalnya Gua Jepang, Tuk Benih, Gua Angin, Makam Pendiri kebun Van De Jong. Beberapa vila milik perkebunan bisa dimanfaatkan oleh pengunjung yang ingin bermalam. Kawasan perkebunan teh Kaligua, selain menarik untuk sarana wisata keluarga, juga sangat cocok untuk refreshing bagi orang kota yang setiap hari disibukkan oleh rutinitas kerja. Untuk melayani wisatawan, pihak perkebunan menyediakan fasilitas homestay (penginapan) yang cukup baik.

Fasilitas ; penginapan, wisma Flamboyan (6 kamar),Wisma Dahlia (3 kamar), Wisma Kenanga (2 kamar),Wisma Anggrek (2 kamar), Gedung Pertemuan, Areal Camping,Areal outbond, Gazebo, Lapangan Sepak Bola, Lapangan Tenis, Lapangan Volley, Tennis Meja & Billyard, Tea & Coffee corner (kafe), Hiburan Musik Orgen Tunggal, Jasa Layanan Teh & Catering, Pusat Layanan Kesehatan, Sarana Ibadah


Penunjang

Tak jauh dari lokasi tersebut, di sekitar Pandansari, terdapat sebuah tempat wisata yang tergolong langka. Yakni, sebuah telaga yang dihuni jutaan ikan lele jinak (Telaga Ranjeng). Lokasi telaga itu berada di tengah hutan lindung dan masih berada dalam pengawasan Cagar Alam Nasional.


Paket Wisata : 1. Wisata Edukasi/ilmiah ; perkebunan teh, budiadaya, persiapan benih, pemeliharaan, panen, pengolahan pabrik, produk siap seduh. Umumnya para pelajar dan mahasiswa sering berkunjung ke Pabrik untuk melihat langsung budidaya teh dan proses pengolahan teh.

2. Wisata Rekreasi Keluarga (Family gathering) dilengkapi taman bermain anak, kolam renang air hangat untuk anak-anak. Umumnya pada hari libur nasional dan hari minggu banyak yang berkunjung ke kebun teh dan danau renjeng.

3. Wisata historis/budaya.

4. Wisata Petualangan ; permainan & outbond dapat juga sebagai pos awal pendakian menuju gunung Slamet. Setiap musim liburan sekolah banyak para siswa yang mengadakan kegiatan kemah, sekaligus outbound. Disamping itu karyawan perusahaan swasta di wilayah Brebes, Tegal, Cirebon, dan Purwokerto juga mengadakan corporate gathering. Perusahaan swasta besar dari Jakarta juga pernah mengadakan pertemuan di kebun Kaligua

5. Wisata bisnis ; MICE (Meeting, conference, incentif, exhibition)

6. Wisata kebun (stroberi, kubis, kentang, tanaman hias)

7. Wisata olahraga (tennis, sepak bola, bola voli, billyard)

Desa Indrajaya Kec. Salem Kab. Brebes




Indrajaya adalah salah desa di kecamatan Salem, Brebes, Jawa Tengah, Indonesia. Letaknya ada di sebelah barat daya kecamatan Salem. di sebelah timur berbatasan dengan desa Banjaran, sebelah utara berbatasan dengan desa salem dan Tembong Raja, sebeleh barat dengan desa Tembong Raja dan Windusakti dan sebelah selatan dengan desa Sadabumi, kecamatan Majenang, Cilacap. Saat ini ada 4 buah Sekolah Dasar negeri, satu SMP satu atap (bersatu dengan SDN 04), sebuah pesantren, dan sebuah TK.


Sosial

Desa Indrajaya, walaupun secara administrasi berada di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Namun Tradisi dan Bahasa bukan adat Jawa dan [[Bahasa Jawa]], namun menggunakan Bahasa Sunda dengan tradisi tentunya sangat kental dengan "kesundaannya", hal ini masih terus digali asal-usulnya kenapa hal ini bisa terjadi. Adat pernikahan menggunakan tradisi Sunda, kesenian tradisional sangat Sunda. walaupun bahasa yang digunakan merupakan sunda kategori "kasar".


Kondisi Geografi

Desa Indrajaya berada paling selatan Kabupaten Brebes, berbatasan dengan desa Ujung Barang Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, sedangkan sebelah baratnya berbatasan dengan Desa Gunung Jaya dan Tembong Raja. Berada pada ketinggian Rata-rata 750 mdpl dengan topografi berbukit.


Administrasi

Desa Indrajaya terdiri atas 5 Dusun, yaitu Dusun Indrajaya 1 dan 2 (dulu disebut dengan Katapang, tidak jelas apa alasannya dasar penamaan ini), Dusun Cigugur, Dusun Nyodor dan Dusun Salarum (Masyarakatnya lebih suka disebut Arumsari). Dusun Salarum terletak dibagian depan desa yang merupakan pintu masuk desa, Dusun Indrajaya 1 dan 2 terletak di tengah-tengah, ke begian baratnya ada Dusun Nyodor dan sebelah Barat Daya Dusun Cigugur.


Ekonomi Masyarakat

Penduduk Desa Indrajaya mayoritas bermatapencaharian sebagai Petani, walaupun terdapat beberapa orang yang berprofesi sebagai guru Sekolah Dasar. Namun secara umum, walaupun bekerja sebagai PNS tetap saja mereka melakukan usaha sampingan berupa pertanian. Petani di Desa Indrajaya Rata-rata menggarap Sawah yang berlokasi di sekitar desa. Pola pertanian sudah menuju pertanian semi-intensif, dengan masa pengelolaan 4 bulan. Usaha lain yang beberapa orang lakukan adalah berdagang hasil bumi (padi) namun sifatnya musiman, tergantung musim panen padi.


Tradisi

Kondisi masyarakat Desa Indrajaya masih cukup tinggi toleransinya, karena memang masih kategori desa tradisional, walaupun beberapa teknologi sudah masuk seperti Jaringan Telekomunikasi (XL, Telkomsel, Indosat). Toleransi masyarakat sangat kental terlihat jika salah satu warga sedang melaksanakan pekerjaan yang cukup besar, seperti bangun atau renovasi rumah, kalau tidak membantu walaupun jauh mereka sering bilang "Era engke mun panggih di jalan, lamun teu ka ajak mah"/ Nanti malu kalau ketemu di jalan kalau tidak ikut bantu).


Sejarah Singkat Tentang Desa Indrajaya

Pada masa pemerintahan Kades sumar (alm) (sd tahun 1999), Desa Indrajaya masih sangat terisolasi dengan kemajuan zaman. Pada waktu itu, listrik masih belum sampai ke Desa Indrajaya, masyarakat masih menggunakan kincir (pembangkit listrik tenaga air tradisional) / Mikro Hydro Tradisional buatan masyarakatnya sendiri. Jalan desa pun sudah sangat rusak. kondisi masjid desa yang hampir roboh membuat masyarakat melakukan sholat di balai desa, hal itu tidak berlangsung lama karena balai desa yang kondisinya sudah tua dan hampir roboh juga menyebabkan masyarakat sekitar pindah ke mushola setempat untuk beribadah. Desa Indrajaya mengalami kemajuan yang sangat pesat pada masa kepemimpinan Bapak Entis Abdul Holik (1999-2007). Beliau melakukan perubahan besar-besaran di Desa Indrajaya. Diawali dengan terhubungnya jaringan listrik ke desa yang kemudian dilanjutkan dengan perbaikan mutu jalan yang tadinya aspal biasa menjadi stenlis yang jauh lebih baik. Pada masa pemerintahannya, beliau dikenal sebagai pemimpin yang bijak dan tegas dalam mengambil keputusan. Selain proyek listrik dan jalan, beliau melakukan rehabilitasi masjid desa dan balai desa. Setelah proyek itu selesai, beliau kembali melakukan rehabilitasi terhadap masjid kampung beserta balai kampungnya. Diakhir masa jabatannya, beliau sudah menyelesaikan program yang di targetkan dengan sangat baik dan jauh lebih baik.

Batik Salem

Batik Salem atau yang dikenal dengan motif Batik Brebesan adalah salah satu kekayaan asal Kabupaten Brebes, yang telah menjadi komoditas ekonomi warga Desa Bentar dan Bentarsari Kecamatan Salem.

Batik Brebesan yang saat ini terus untuk bersaing merebut pasar nasional maupun internasional banyak dipengaruhi oleh daerah lain. Balai Besar Kerajinan Batik Jogjakarta mencatat berbagai peperangan yang terjadi pada abad ke 17,18 dan 19, merupakan faktor penyebaran batik ke berbagai daerah. Perang saudara kerajaan Mataram pada tahun 1680 antara Pangeran Puger dan Amangkurat III dan VOC telah memunculkan batik Banyumasan. Tidak hanya itu, Keberadaan Raja Amangkurat I tahun 1646-1677 dari Keraton Kasunanan Surakarta juga telah mempengaruhi keberadaan batik Tegalan.

Keberadaan Batik Brebesan muncul sekitar abad ke 19, tepatnya pada tahun 1917 masehi. Menurut sumber yang didapat, keberadaan batik Brebesan atau batik Salem berawal dari kedatangan putri pejabat Pekalongan yang datang ke Salem, Brebes. Pada saat itu, sang putri jatuh cinta kepada pemuda Salem yang akhirnya menikah dan menetap di Desa Bentar.

Dari kejadian tersebut, akhirnya keberadaan batik mulai muncul di Desa Bentar dan akhirnya menyebar ke desa tetangga, seperti Desa Bentarsari dan lainnya. Dari perkembangannya, saat ini batik salem telah munculkan berbagai motif, diantaranya motif kopi pecah, manggar dan ukel dengan ciri khas warna hitam dan putih.

Saat ini batik salem telah menembus pasar nasional. Meski demikian, untuk lebih meningkatkan peminat batik Brebesan dari daerah lain, perlu dilakukan inovasi dalam hal motif batik, antar lain motif cicak dan buaya yang cocok diterapkan pada patik Brebesan. Ini mengacu kepada aspek budaya sekaligus sebagai bentuk pengembangan aspek seni batik.

Batik Tulis Bentar di kec. Salem kab. Brebes

6 nama batik salem di telinga masyarakat awam masih belum setenar batik asal Solo, Yogyakarta, atau Pekalongan. Batik produksi itu pun masih sebatas industri rumah tangga. Namun, siapa sangka batik buatan masyarakat Desa Bentar dan Bentarsari, Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes tersebut mempunyai keunggulan yang tidak dimiliki batik mana pun di daerah lain. Rumah mungil Hj Ratminah (62) tampak asri di tengah perkampungan warga Desa Bentar yang padat. Sederetan tanaman hias terawat dengan baik di halaman rumah yang cukup sempit. Tidak ada tanda khusus yang dipasang di depan rumah, baik papan nama maupun sekadar tulisan di dinding. Namun manakala memasuki ruang tamu rumah, akan terlihat aktivitas perusahaan batik milik sang empu rumah. Sebuah etalase kecil dari bahan kayu menjadi penyekat ruang tamu dengan ruang keluarga. Di dalam etalase tampak kain-kain bermotif batik ditata secara rapi dalam dua sap rak. Dari cara penataan, tercermin pemilik etalase adalah orang yang teliti dan sabar. Setiap kain ditata secara terpisah menurut jenis motif dan bahan kain. "Beginilah, kami memajang kain-kain batik untuk pengunjung yang ingin memesan," kata Ratminah dengan roman cerah. Bagaimana sejarah keberadaan batik di tengah masyarakat Salem yang berkultur Sunda itu? Menurut kisah yang diceritakan Ratminah, sekitar 1917 seorang putri pejabat dari Pekalongan mengunjungi wilayah Salem. Di daerah itu, sang putri jatuh hati pada pemuda setempat. Mereka akhirnya menikah dan menetap di Desa Bentar. Sejak saat itu masyarakat, terutama kaum wanita mulai mengenal kerajinan batik yang ditularkan sang putri. Ratminah yang merupakan cucu putri Pekalongan itu termasuk salah satu perajin batik terbesar di desa tersebut. Selain Ratminah, terdapat sekitar 140 perajin batik di Desa Bentar dan 200 orang di Desa Bentarsari. Uniknya, mereka yang menguasai keterampilan batik berasal dari kalangan wanita yakni ibu rumah tangga dan pelajar sekolah. Skala Rumah Tangga Perajin batik Salem tidak sama dengan perajin dari Yogya, Solo, ataupun Pekalongan. Di ketiga daerah itu perajin membuat batik secara industrial, sedangkan di Salem produksi batik masih berskala rumah tangga. Para ibu membuat batik hanya untuk mengisi waktu luang seusai melakukan tugas rumah. Sebagian lainnya ada yang sambil menunggu kios atau warung di depan rumah. Meski hanya pengisi waktu luang, produk batik salem tidak kalah dibandingkan dengan batik produksi daerah lain. Menurut H Ilyas, suami Ratminah, dalam pameran kerajinan daerah yang digelar Pemerintah Provinsi Jateng di Semarang beberapa tahun lalu, batik salem diakui paling orisinal di antara semua jenis batik. Ketika itu, Ny Ginanjar Kartasasmita yang hadir dalam acara tersebut menyatakan kekagumannya pada keaslian dan keunikan batik salem. Di mana letak orisinalitas batik salem? Ilyas mengemukakan, ciri khas yang tetap dipertahankan perajin batik salem hingga sekarang adalah 100% bikinan tangan. "Justru karena pakai tangan, mereka tidak diburu waktu dan bikin sebaik-baiknya," ujar Ilyas. Di daerah lain, kebiasaan itu telah lama ditinggalkan para perajin, karena dianggap kurang produktif dan efisien. Terdapat beberapa kelebihan batik tangan dibandingkan dengan batik yang dibuat dengan cap. Yang paling utama, hasil karya batik tangan lebih artistik. Nilai lebih itulah yang membuat batik tangan diburu para kolektor batik. Selain itu, batik tangan juga lebih panjang dari segi usia. Ilyas menambahkan, terdapat 20 jenis motif yang dibuat perajin batik salem. Dari ke-20 motif, tiga di antaranya merupakan yang terbaik dan paling diminati pembeli. Ketiga jenis motif tersebut tidak dapat diproduksi secara industrial, tetapi hanya dapat dibuat dengan tangan. Itu pun hanya perajin yang berpengalaman bertahun-tahun dan memiliki ketelitian ekstra yang mampu melakukannya. Ketiga motif tersebut adalah motif kopi pecah, manggar, dan sawat rantai. (Suwandono-37s) Upaya Mengangkat Batik Salem MEMBATIK ternyata bukan pekerjaan gampang. Selain membutuhkan ketelatenan, harus punya jiwa seni dan kreasi yang tinggi. Salah menorehkan canting di kain bisa merusak ciri khas batik tersebut. Tapi lain halnya ketika ibu-ibu Tim Penggerak PKK Kabupaten Brebes, berkunjung ke perajin batik salem. Mereka justru penasaran melihat ketekunan perajin wanita dalam melakukan pembatikan. Ketua Tim Penggerak PKK Ny Hj Maryatun tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mencoba langsung proses pembuatan batik salem di rumah kediaman H Ilyas, salah seorang perajin. Dibantu Ny Hj Ratminah, istri H Ilyas, istri Bupati Brebes itu langsung menorehkan pola tertentu yang menjadi ciri khas batik salem. ''Ternyata membatik sangat sulit. Perlu belajar lama,'' ujar Hj Maryatun, di depan pengurus dan anggota PKK Kecamatan Salem. Melihat keuletan perajin, Bupati Brebes H Indra Kusuma SSos yang menyertai kunjungan, spontan memberikan bantuan berupa alat canting cap kepada Kelompok Perajin Batik Salem. Dia mengharap, alat tersebut dapat meningkatkan produktivitas para perajin, sehingga ke depan nama batik salem dapat sejajar dengan batik solo atau pekalongan. Batik salem memang belum setenar batik solo, yogyakarta, atau pekalongan. Meski demikian Pemkab Brebes terus berupaya mengangkat nama batik lokal ini, agar sejajar dengan batik asal daerah lain. Salah satunya, melalui promosi dan pameran yang digelar di kota besar seperti Jakarta, Semarang, dan kota lainnya. Seragam PNS Pemkab juga mengupayakan agar batik lokal tersebut dipergunakan untuk seragam PNS pada hari Kamis. Di samping itu juga menggelar berbagai lomba rancang busana dengan kain batik salem. Dampaknya memang cukup bagus, omzet penjualan dari perajin di Desa Salem, Bentar, dan Bentarsari kian meningkat. ''Penjualan batik salem memang terus meningkat. Banyak pesanan luar kota datang ke sini,'' papar Ny Ratminah (62). Produksi batik salem hingga kini masih sebatas industri rumah tangga. Namun, karya perajin ini mempunyai keunggulan yang tidak dimiliki batik mana pun di daerah lain. Salah satu orisinalitasnya adalah 100% bikinan tangan. Ciri khas ini tetap dipertahankan perajin, sejak keberadaannya tahun 1917 lalu. Menurut H Ilyas, karena membatik dengan tangan dan dikerjakan secara hati-hati, akan menghasilkan kualitas batik yang bagus. ''Batik salem diakui paling orisinal di antara semua jenis batik,'' ujar seorang perajin. Hal itu terbukti ketika Ny Ginandjar Kartasasmita mengunjungi sebuah pameran kerajinan daerah yang digelar Pemprov Jateng di Semarang beberapa tahun lalu, istri mantan menteri semasa rezim Soeharto tersebut menyatakan kekagumannya pada keaslian dan keunikan batik salem. Di tiga desa di wilayah Salem, terdapat lebih kurang 340 perajin batik. Uniknya, yang menguasai keterampilan batik sebagian besar kalangan wanita yakni ibu rumah tangga dan pelajar sekolah. Sementara itu, motifnya ada 20 jenis. Dari 20 motif tersebut, tiga di antaranya merupakan yang terbaik dan paling diminati pembeli. Yakni, motif kopi pecah, manggar, dan sawat ranta. Ketiga jenis motif tersebut tidak dapat diproduksi secara massal, tetapi hanya dapat dibuat dengan tangan. Itu pun hanya perajin yang berpengalaman bertahun-tahun dan memiliki ketelitian ekstra yang mampu melakukannya. Di mana mencari batik salem? Beberapa toko di Brebes menyediakannya. Jika ingin mendapatkan langsung datang ke perajin di Desa Bentar dan Bentarsari.